Wisata Halal Lombok Sumbawa
Diambil
dari pengalaman pribadi Saya dalam berkunjung kekepulauan seberang di pulau
Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB) tepatnya bulan agustus 2016 kemarin. Saya
adalah seorang pemuda asal dan bertempat tinggal di Kalimantan tepatnya di
Ketapang Kalimantan Barat. Dimulai dari perjalanan saya untuk liburan bersama
teman-teman. Pulau Lombok merupakan tujuan utama dalam liburan kali ini di
karnakan Pulau Lombok menyimpan begitu banyak keindahan alam dan tempat wisata
yang sangat kian menawan dan menakjubkan. Tempat wisata yang menawan dan
menakjubkan itu diantaranya yang berada di kepulauan lombok ialah Gunung
Rinjani, Pura Batu Bolong, Pantai Senggigi, Air Terjun Sendang Gile, Danau
Segara Anak, Gili Trawangan, Hutan Monyet, Pantai Kuta Lombok, Pantai Sire, Taman
Narmada, Pusuk, Batu Layar, Pantai Sekotong, dan lain sebagainya. Begitu banyak
tempat wisata yang ada di Pulau Lombok, tapi pada artikel ini saya tidak
menjelaskan mengenai tempat wisata dan keindahan alam yang ada di Pulau Lombok
melaikan kebudayaan dan adat istiadat di pulau lombok itu sendiri.
Berdasarkan
info yang saya dapat bahwa suku asli pulau lombok adalah suku sasak. Suku sasak
membawa berbagai macam kebudayaan di Lombok mulai dari tradisi kawin lari,
tradisi peresean dan lain lain, dan kebudayaan itu masih tetap lestari dari
tahun ketahun walaupun diterpa dengan perkembangan zaman. Sama seperti di
Kalimantan itu sendiri, suku asli dari kalimantan adalah suku dayak dan di
iringi dengan suku melayu.
Bertepatan
liburan saya pada bulan Agustus di pulau lombok ternyata diadakan sebuah
kesenian tradisional peresean di Gedung Budaya Narmada, Lombok Barat tepatnya
pada 17-19 Agustus. Saya sempat bertanya-tanya apa itu tradisi peresean, saya
sempat mengulik-ulik dengan browsing di google terlebih dahulu apa itu tradisi
peresean. Tradisi Peresean merupakan
salah satu Tradisi warisan
nenek moyang sebagai bagian Upacara adat Suku Sasak (Orang
Lombok). Presean adalah kesenian tradisional masyarakat suku sasak yang
mempertarungkan dua lelaki bersenjatakan tongkat rotan dan perisai dan ini
merupakan tradisi asli dari suku sasak dan masih tetap ada sampai saat ini.
Kesenian ini di adakan bukan untuk ajang kesombongan, keangkuhan dan lain
sebagainya melainkan kesenian ini merupakan media untuk para laki-laki dalam
menguji ketangkasan, ketangguhan, dan keberaniannya. Walaupun terdapat unsur
kekerasan namun peresean memiliki pesan damai. Selain untuk menunjukan
ketangkasan, ketangguhan, dan keberanian, masyarakat sekitar percaya bahwa
setiap tetesan darah dapat menurunkan hujan jadi semakin banyak tetesan darah
yang keluar maka semakin besar peluang untuk turun hujan di pulau Lombok.
Selanjutnya
Saya akan menjelaskan apa yang terjadi pada tradisi yang di adakan di Gedung
Budaya Narmada, Lombok Barat. Dalam pertarunganya, peresean digelar di tempat
yang cukup luas supaya ruang gerak dalam bertarung tidak sempit dan para
penonton juga dapat menyaksikan pertarungan tersebut. Pada pertarungan tersebut
terdapat dua orang petarung yang disebut pepadu. Para peserta atau pepadu
tidaklah ditunjuk sebelumnya, melainkan para peserta diambil langsung dari para
penonton. Pertarungan tidak dapat berjalan tanpa adanya wasit oleh karna itu
dalam pertarungan ini dipimpin oleh 2 orang wasit yang mengawasi jalannya
pertandingan. Satu wasit yang mengawasi jalannya pertandingan di bagian tengah
disebut dengan pakembar tengaq, dan wasit yang memilih para pepadu yang berada
di pinggir disebut pakembar sedi.
Pertarungan
ini dilakukan dalam 5 ronde dengan lama pertarungan adalah tiga menit setiap
rondenya. Sebelum pertarungan dimulai para peserta atau pepadu diberikan sebuah
instruksi dan doa agar pertarungan berjalan dengan lancar. Setelah itu wasit
akan memukulkan ende dengan menggunakan rotan kemudian pertarungan pun dimulai.
Agar lebih meriah lagi tradisi peresean juga diiringi oleh musik pengiring
untuk penyemangat para pepadu saat bertarung. Alat musik yang digunakan adalah
sepasang gendang, gong, simbal, suling, dan kanjar. Dalam pertarungan ini
pepadu tidak menggunakan alat pelindung apa-apa kecuali perisai yang merupakan
bagian dari senjata pelindung selain rotan. Pepadu hanya menggunakan celana,
kain penutup celana, dan kain penutup yang diikat di kepala. Untuk badan tidak
menggukan baju apa pun, apabila pada peserta atau pepadu mengalami luka atau
berdarah tim medis akan mengobati dengan obat seperti minyak khusus agar tidak
menimbulkan rasa perih atau sakit.
Dalam
pertarungan peresean, terdapat beberapa peraturan yang tidak boleh dilanggar
oleh para pepadu atau petarung diantaranya, pepadu tidak boleh memukul badan
bagian bawah seperti paha dan kaki yang diperbolehkan memukul adalah bagian
atas seperti punggung, kepala, dan
pundak. Dan penilaiannya di tentukan dari nilai yang diperoleh dari setiap
rondenya.
Pepadu
dinyatakan kalah apabila sudah menyerah atau berdarah. pemenang ditentukan
apabila ada salah seorang pepadu yang mengeluarkan darah, atau jika keduanya
mampu bertahan dan apabila sama-sama kuat pemenang ditentukan melalui skor
tertinggi dari pertarungan yang berlangsung selama lima ronde.
Tradisi
dan kesenian ini masih tetap dilestarikan di Lombok, NTB. Selain diadakan untuk
bagian dari tradisi, peresean juga diadakan untuk menyambut tamu terhormat
maupun para wisatawan yang datang ke Lombok. Hal ini dilakukan sebagai usaha
pelestarian dan memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang kesenian yang ada
di Pulau Lombok.
Begitu
banyak kebudayaan yang ada di negeri kita tercinta yaitu Indonesia. Tetap
lestarikan setiap budaya sebagai warisan nenek moyang leluhur kita. Karna Tidak
Ada Cerita Tanpa Sebuah Sejarah. Mungkin sekian dulu sepenggalan cerita indah
di penghujung pulau Lombok, NTB. Terima Kasih.
#wisatahalallombok
#wisatahalallomboksumbawa
#halaltourismID
#wisatahalalindonesia
No comments:
Post a Comment