Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) - MATERI PENDIDIKAN

Blog berisikan tentang materi pendidikan baik secara umum maupun khusus

Breaking

ADS 1

.

Adsense

Saturday, 11 November 2017

Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)


Materi Pendidikan - Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)

Pengertian Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)
Model pembelajaran AIR adalah model yang menekankan pada tiga aspek, yaitu Auditory, Intelectually dan Repetition. Auditory yaitu belajar dengan mendengar, Intelectually yaitu belajar dengan berpikir dan memecahkan masalah, Repetition yaitu pengulangan agar belajar lebih efektif. Huda (2014:289) menerangkan bahwa:
“Gaya pembelajaran Auditory, Intellectual, Repetition (AIR) merupakan gaya pembelajaran yang mirip dengan model pembelajran Somatic, Auditory, Visyalization, Intellectually (SAVI) dan pembelajarn Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK). Perbedaanya hanya terletak pada pengulangan (repetisi) yang bermakna pendalaman, perluasan, dan pemantapan dengan cara pemberian tugas dan kuis”.
Model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) dikatakan mirip dengan model pembelajran Somatic, Auditory, Visyalization, Intellectually (SAVI) dan pembelajarn Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK) karena pada ketiga model pembelajaran ini memanfaatkan indra yang menjadi titik pusat dalam menyerap pembelajaran hanya bedanya pada model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) terdapat pengulangan (repetisi) yang bermakna pendalaman, perluasan, dan pemantapan dengan cara pemberian tugas dan kuis.
Pembelajaran seperti ini menganggap bahwa akan efektif apabila memperhatikan tiga hal tersebut. Auditory yang berarti bahwa indera telinga digunakan dalam belajar dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara, persentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi. Intellectually berpikir yang berarti bahwa kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkonstruksi dan menerapkan. Repetition yang berarti pengulangan, agar pemahaman lebih mendalam dan lebih luas, siswa perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberiantugas atau kuis.
a.        Auditory
Belajar auditory sangat diajarkan terutama oleh bangsa yunani kuno karena filsafat mereka adalah jika mau belajar lebih banyak tentang apa saja, bicarakanlah tanpa henti. Shoimin (2014:29) mejelaskan bahwa: “Belajar bermodel auditory, yaitu belajar mengutamakan berbicara dan mendengarkan”, sedangkan menurut Suherman (Shoimin, 2014:29) bahwa: “auditory bermakna bahwa belajar haruslah melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi”. Seorang siswa yang sangat auditoris menurut huda (2014:288) dapat dicirikan sebagai berikut:
  • Perhatiannya mudah terpecah.
  • Berbicara dengan pola berirama.
  • Belajar dengan cara mendengarkan. 
  • Berdialog secara internal dan eksternal.
Dalam KBM (kegiatan belajar mengajar), sebagian besar proses interaksi siswa dengan siswa dilakukan dengan komunikasi yang melibatkan indera telinga. Mendengar merupakan salah satu aktivitas belajar, karena tidak mungkin informasi yang disampaikan secara lisan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh siswa jika tidak melibatkan indera telinganya untuk mendengar. Guru diharapkan bisa memberikan bimbingan pada siswa agar pemanfaatan indera telinga dalam KBM dapat berkembang secara optimal sehinga interkoneksi antara telinga dan otak bisa dimanfaatkan secara maksimal.
Wenger (Huda, 2014:290) menegaskan bahwa: “Kunci belajar terletak pada artikulasi rinci. Ketika kita membaca sesuatu yang baru, kita harus menutup mata dan kemudian mendeskripsikan dan mengucapkan apa yang telah dibaca tadi”. gaya belajar auditory adalah gaya belajar yang mengakses segala jenis bunyi dan kata, baik yang diciptakan maupun diingat karena siswa yang auditoris lebih mudah belajar dengan cara berdiskusi dengan orang lain maka guru sebaiknya melakukan hal – hal berikut :
  • Melaksanakan diskusi kelas atau debat. 
  • Meminta siswa untuk presentasi. 
  • Meminta siswa untuk membaca dengan keras 
  • Meminta siswa untuk mendiskusikan ide mereka secara verbal. 
  • Melaksanakan belajar kelompok
b.        Intellectually
Intellectually berarti belajar dengan berpikir untuk menyelesaikann masalah. Kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkonstruksi dan menerapkan. Meier (2002:99) mengemukakan bahwa:
“Aspek dalam intelektual dalam belajar akan terlatih jika siswa dilibatkan dalam aktivitas memecahkan masalah, menganalisa pengalaman, mengerjakan perencanaan strategis, melukiskan gagasan kreatif dan menyaring informasi, menemukan pertanyaan, menciptakan modal mental, menerapkan gagasan baru, menciptakan makna pribadi dan meramalkan implikasi suatu gagasan baru sehingga guru mampu merangsang, mengarahkan dan meningkatkan intensitas proses berpikir siswa demi tercapainya kemampuan pemahaman yang maksimal dari siswa”.
Menurut Meier (Huda, 2014:290) bahwa:
“intelektual bukanlah pendekatan tanpa emosi, rasionalistis, akademis, dan terkotak – kotak ‘intelektual’ menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka mengunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut”.
Intellectually menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pemikiran suatu pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Intellectually juga bermakna belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (mind-on), haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, menciptakan mengonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
Jadi, intektualitas adalah sarana penciptaan makna, saran yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan gagasan, dan menciptakan jaringan saraf. Proses ini tentu tidak berjalan dengan sendirinya, ia dibantu oleh faktor mental, fisik, emosional dan intuitif. Inilah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman menjadi kearifan. Untuk itu seorang guru, menurut meier (Huda, 2014:291), haruslah  berusaha mengajak siswa terlibat dalam aktivitas-aktifitas intektual, seperti:
1)   Memecahkan masalah
2)   Menganalisis pengalaman
3)   Mengerjakan perencanaan strategi
4)   Melahirkan gagasan kreatif
5)   Mencari dan menyaring informasi
6)   Merumuskan pertanyaan
7)   Menciptakan model mental
8)   Menerapkan gagasan baru pada perkerjaan
9)   Menciptakan makna pribadi
10)    Meramalkan imlikasi suatu gagasan
Aktifitas-aktifitas tersebut merupakan aktifitas siswa dalam pembelajaran dan peran guru sebagai pembimbing siswa dalam proses intelektualnya.
c.         Repetition
Repetisi bermakna pengulangan dalam pemnbelajaran. Menurut Suherman (Shoimin, 2014:28) bahwa: “repetition merupakan pengulangan dengan tujuan meperdalam dan memperluas pemahaman siswa yang perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas, dan kuis”. Pengulangan tidak berarti dilakukan dengan bentuk pertanyaan atau informasi yang sama, melainkan dalam bentuk informasi yang dimodifikasi. Dalam memberi pengulangan, agar pemahaman siswa lebih mendalam dan lebih luas guru dapat memberikan soal, tugas atau kuis. Dengan diberikan soal dan tugas, siswa akan terbiasa menyelesaikan persoalan-persoalan TIK sedangkan dengan pemberian kuis siswa akan senantiasa siap dalam menghadapi tes ujian
Jika guru menjelaskan suatu unit pelajaran, siswa harus mengulangnya dalam beberapa kali kesempatan. Ingatan siswa tidak selalu stabil. siswa tak jarang mudah lupa. Untuk itulah, guru perlu membantu mereka dengan mengulangi pelajaran yang sedang atau sudah dijelaskan. Pelajaran yang diulang akan memberi tanggapan yang jelas dan tidak mudah dilupakan, sehingga siswa bisa dengan mudah memecahkan masalah. Ulangan semacam ini bisa diberikan secara teratur, pada waktu-waktu tertentu, atau tiap unit diberikan, maupun secara insidental jika dianggap perlu (Slamer, 2003).
Proses mempertahankan informasi ini dapat dilakukan dengan adanya kegiatan pengulangan informasi yang masuk dalam otak. Dengan adanya latihan dan pengulangan akan membantu dalam proses mengingat, karena semakin lama informasi tersebut tinggal dalam memori jangka pendek, maka akan semakin besar kesempatan memori tersebut ditransfer ke memori jangka panjang.
Model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga gaya belajar tersebut, dengan kata lain manfaatkanlah potensi siswa yang telah dimilikinya dengan melatih dan mengembangkannya. Model AIR ini bertujuan menjadikan pembelajar nyaman, sehingga terwujudlah tujuan pembelajaran diinginkan yaitu pembelajaran yang efektif dan efesien sehingga hasil belajar siswa meningkat. Jadi dapat disimpulkan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan ketiga gaya belajar (mendengar, berfikir, dan mengulang sebagai pendalaman) setiap individu dengan cara memanfaatkan potensi yang telah dimiliki dengan melatih dan mengembangkannya, agar semua kebiasaan belajar siswa terpenuhi.
Kelebihan Dan Kelemahan Model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)
Model  pembelajaran  AIR  (Auditory,  Intellectually,  Repetition) adalah  yang  menekankan  pada  kegiatan belajar  siswa,  diman  siswa  secara  aktif  membangun  sendiri pengetahuannya  secara  pribadi  maupun  kelompok memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, menurut Shoimin (2014: 30) menerangkan kelebihan dan kekurangan Model  pembelajaran  AIR, yakni sebagai berikut:
a.    Kelebihan Model Pembelajaran AIR
  • Siswa  lebih  berpartisipasi  aktif  dalam  pembelajaran  dan  sering  mengekspresikan idenya.
  • Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan  pengetahuan dan keterampilan secara komrehensif. 
  • Siswa dengan kemampuan rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri. 
  • Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
  • Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab peramasalahan.
b.    Kekurangan Model Pembelajaran AIR
  • Membuat  dan  menyiapkan  masalah  yang  bermakna  bagi  siswa bukanlah pekerjaan mudah. Upaya memperkecilnya guru harus mempunyai  persiapan  yang  lebih  matang  sehingga  dapat menemukan masalah tersebut. 
  • Mengemukakan  masalah  yang  langsung  dapat  dipahami  siswa sangat sulit sehingga banyak siswa  yang mengalamai kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan. 
  • Siswa  dengan  kemampuan  tinggi  bisa  merasa  ragu  atau mencemaskan jawaban mereka.
Dengan adanya kelebihan dan kekurangan, menjadikan model Auditory Intellectually Repetition (AIR) yang dijadikan model pembelajaran dalam penelitian eksperimen ini dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dapat disempurnakan dengan memadukannya dengan media interaktif dan persiapan yang matang terkait instrumen dan pelaksanaan penelitian
Penerapan Model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)
Menurut Suherman (2004:20), AIR adalah singkatan dari Auditory, Intelectually and Repetition. Model pembelajaran AIR adalah model yang menekankan pada tiga aspek, yaitu Auditory, Intelectually and Repetition. Auditory yaitu belajar dengan mendengar, Intelectually yaitu belajar dengan berpikir dan memecahkan masalah, Repetition yaitu pengulangan agar melajar lebih efektif. Langkah-langkah pembelajaran AIR menurut Shoimin (2014:30) yaitu
  • Siswa  dibagi  menjadi  beberapa  kelompok,  masing-masing  kelompok 4-5 anggota. 
  • Siswa mendengaran dan memperhatikan penjelasan dari guru. 
  • Setiap kelompok mendiskusikan tentang materi yang mereka pelajari dan  menuliskan  hasil  diskusi  tersebut  dan  selajutnya  untuk dipresentasikan di depan kelas (auditory), 
  • Saat  diskusi  berlangsung,  siswa  mendapat  soal  atau  permasalahan yang berkaitan dengan materi. 
  • Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan hasil diskusi serta  dapat  meningkatkan  kemampuan  mereka  untuk  menyelesaikan masalah (intellectual), 
  • Setelah selesei berdiskusi, siswa mendapat pengulangan materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap individu (repetition).

1 comment:

Pages