Model Pembelajaran Visualization Auditory Kinestetic (VAK) |
1. Pengertian Model Pembelajaran
Visualization Auditory Kinestetic (Vak)
Menurut Markova dkk (Huda,
2014:287) ” Ketiga modalitas ini digunakan untuk pembelajaran, pemerosesan dan
komunikasi”. Adapun tiga modalitas gaya belajar dan komunikasi adalah sebagai
berikut.
a. Gaya visual (belajar dengan cara
melihat)
Belajar harus
menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan,
membaca, menggunakan media dan alat peraga. Seorang siswa lebih suka melihat
gambar atau diagram, suka pertunjukan, peragaan atau menyaksikan video. Bagi
siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah
mata/penglihatan (visual). Dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru
sebaiknya lebih banyak dititik beratkan pada media, ajak siswa ke objek-objek
yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara melihatkan alat
peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis.
Ciri-ciri siswa yang
lebih dominan memiliki gaya belajar visual misalnya lirikan mata ke atas bila
berbicara dan berbicara dengan cepat. Anak yang mempunyai gaya belajar visual
harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran.
Siswa cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Siswa
berpikir menggunakan gambar-gambar di otak dan belajar lebih cepat dengan
menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran
bergambar, dan video. Di dalam kelas anak visual lebih suka mencatat sampai
detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.
b. Gaya auditori (belajar dengan cara
mendengar)
Belajar haruslah
mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, mengemukakan pendapat, gagasan,
menanggapi dan agumentasi. Seorang siswa lebih suka mendengarkan kaset audio,
ceramah, diskusi, debat dan instruksi (perintah) verbal. Alat rekam sangat
membantu pembelajaran pelajar tipe auditori. Rose Colin dan Nicholl dalam
(Suhara, 2013:287) merekomendasikan setelah membaca sesuatu yang baru,
deskripsikan dan ucapkan apa yang sudah dibaca tadi sambil menutup mata dengan
suara lantang. Alasannya setelah dibaca, divisualisasikan (ketika mengingat
dengan mata tertutup) dan dideskripsikan dengan lantang, maka secara otomatis
telah belajar dan menyimpannya dalam multi-sensori.
Ciri-ciri siswa yang
lebih dominan memiliki gaya belajar auditori misalnya lirikan mata ke arah
kiri/kanan, mendatar bila berbicara dan sedang-sedang saja. Untuk itu, guru
sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang
mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar cepat dengan menggunakan diskusi
verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori mencerna makna
yang disampaikan melalui tone, suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan
berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai
makna yang minim bagi anak auditori. Anak-anak seperti ini biasanya dapat
menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.
c. Gaya Kinestetik (belajar dengan cara
bergerak, bekerja dan menyentuh)
Belajar melalui
aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Seorang siswa lebih suka menangani,
bergerak, menyentuh dan merasakan/mengalami sendiri, gerakan tubuh (aktivitas
fisik). Bagi siswa kinestetik belajar itu haruslah mengalami dan melakukan.
Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar kinestetik misalnya
lirikan mata ke bawah bila berbicara dan berbicara lebih lambat. Anak seperti
ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk
beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini
belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
Model
pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) menganggap bahwa pembelajaran
akan efektif dengan memperhatikan ketiga gaya belajar tersebut, dengan kata
lain manfaatkanlah potensi siswa yang telah dimilikinya dengan melatih dan
mengembangkannya. Dalam beberapa hal, seseorang memanfaatkan ketiga gaya
tersebut. Kebanyakan orang menunjukkan kelebih sukaan dan kecenderungan pada
satu gaya belajar tertentu dibandingkan dua gaya lainnya. Rose Colin dan
Nicholl dalam (Suhara, 2013:287) “menyatakan tentang suatu studi yang dilakukan
terhadap lebih dari 5.000 siswa di Amerika Serikat, Hongkong, dan Jepang, kelas
5 hingga 12, menunjukkan kecenderungan belajar Visual 29 %, Auditori 34 %,
Kinestetik 37 %”.
“Namun pada saat mereka mencapai usia
dewasa, kelebihsukaan pada gaya belajar visual ternyata lebih mendominasi” Rose
Colin dan Nicholl dalam (Suhara, 2013:288). Menurut Michael Grinder, penulis
buku Righting the Educational Canveyor Belt (Suhara, 2013: 288) sekelompok yang
terdiri 30 siswa, ternyata 20 orang mempunyai cukup kecenderungan Visual,
Auditori, dan Kinestetik sehingga mereka mampu belajar tidak peduli bagaimana
subjek itu disampaikan, yang lainnya sekitar 20% dari kelompok itu begitu
menyukai satu gaya belajar saja sehingga mereka mempunyai kesulitan besar untuk
belajar sesuatu jika disampaikan tidak dengan gaya yang mereka sukai. Rose
Colin dan Nicholl dalam (Suhara, 2013:288) “menyebutkan mereka sebagai HV
(Hanya Visual), HS (Hanya Auditori), HK (Hanya Kinestetik)”. Kombinasi dari
ketiga gaya belajar tersebut di dalam proses pembelajaran TIK contohnya.
a. Melihat media yang telah ditayangkan
oleh guru baik media presentasi maupun video (sudah melihatnya).
b. Menyusun pertanyaan dan merekam
jawaban dari teman yang melakukan presentasi (sudah mendengarnya).
c. Menempelkan atau menunjukan sebuah
gambar yang telah disiapkan oleh guru sesuai dengan nama dan fungsinya (sudah
menanganinya secara fisik).
Kegiatan pembelajarannya merupakan
kombinasi dari ketiga kebiasaan belajar anak tersebut. Menurut Icha dalam
(Suhara, 2013:286) “Model pembelajaran Visualization Auditory Kinestetic (VAK)
adalah strategi pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah
memanfaatkan alat indra yang dimiliki siswa”. Menurut Nurhasanah dalam (Suhara,
2013:286) “pembelajaran dengan model pembelajaran Visualization Auditory
Kinestetic (VAK) adalah suatu pembelajaran yang memanfaatkan gaya belajar
setiap individu dengan tujuan agar semua kebiasaan belajar siswa akan
terpenuhi”. Jadi dapat disimpulkan Model pembelajaran Visualization Auditory
Kinestetic (VAK) adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan ketiga gaya
belajar (melihat, mendengar, dan bergerak) setiap individu dengan cara
memanfaatkan potensi yang telah dimiliki dengan melatih dan mengembangkannya,
agar semua kebiasaan belajar siswa terpenuhi.
2. Kelebihan Model Pembelajaran VAK
Menurut Shoimin
(2014:228) Kelebihan model pembelajaran Visualization Auditory Kinestetic (VAK)
adalah sebagai berikut.
a. Pembelajaran akan lebih efektif,
karena mengkombinasikan ketiga gaya belajar. Mampu melatih dan mengembangkan
potensi siswa yang telah dimiliki oleh pribadi masing-masing.
b. Memberikan pengalaman langsung kepada
siswa.
c. Mampu
melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan dan memahami suatu
konsep melalui kegiatan fisik seperti demonstrasi, percobaan, observasi, dan
diskusi aktif.
d. Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran
siswa.
e. Siswa yang memiliki kemampuan bagus
tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar karena model ini mampu
melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
3. Kelemahan Model Pembelajaran VAK
Menurut Shoimin
(2014:228) kelemahan model pembelajaran Visualization Auditory Kinestetic (VAK)
adalah tidak banyak orang mampu mengombinasikan ketiga gaya belajar tersebut.
Dengan demikian, orang yang hanya mampu menggunakan satu gaya belajar hanya
akan mampu menangkap materi jika menggunakan metode yang lebih memfokuskan
kepada salah satu gaya belajar yang didominasi.
4. Cara mengatasi kelemahan model
pembelajaran VAK
Berdasarkan kelemahan
yang telah di jelaskan sebelumnya, hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan
tersebut adalah terletak pada guru. pertama guru harus benar-benar
mempersiapkan dan memahami konsep penerapan model pembelajaran VAK ini baik
dari langkah-langkah pembelajaran, tahapan belajar, cara penerapan dan
sebagainya. Kedua guru harus berfokus pada siswa pada saat pembelajaran baik
dalam hal penyampaian materi dan tahapan Visualization Auditory Kinestetic,
agar penerapan model pada saat pembelajaran sesuai dengan apa yang ingin di
capai.
5. Sintak Model Pembelajaran
Visualization Auditory Kinestetic (VAK)
Langkah – langkah pembelajaran model
Visual Auditory Kinestethic menurut Shoimin (2014:227) adalah sebagai berikut:
a. Persiapan (kegiatan awal)
Langkah ini dilakukan pada saat tahap
pendahuluan atau kegiatan awal dalam
kegiatan belajar mengajar. Dalam langkah ini guru mempersiapkan sebuah
instrumen pembelajaran baik itu, silabus, RPP, kisi-kisi soal, tes hasil
belajar, skor penilaian, materi yang akan disampaikan, memunculkan rasa ingin
tahu siswa, perasaan positif untuk mengikuti pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Hal-hal tersebut dilakukan untuk menyiapkan siswa agar dapat
mengikuti kegiatan pembelajaran secara maksimal.
b. Penyampaian (kegiatan inti)
Setelah melakukan persiapan di
kegiatan awal, guru selanjutnya membantu siswa untuk mengikuti pembelajaran,
menemukan informasi-informasi dan mempelajari keterampilan-keterampilan baru
dengan gaya dan cara belajar yang sesuai dengan modalitas yang mereka miliki
masing-masing. Dalam hal ini harus memberikan pembelajaran dengan cara yang
bervariasi agar semua gaya belajar, baik visual, auditorial, maupun kinestetik
dapat terpenuhi kebutuhannya.
c. Pelatihan
Setelah mengikuti kegiatan
penyampaian melalui berbagai strategi yang mengakomodasi berbagai modalitas
belajar tadi, guru kemudian memberikan fasilitasi sehingga siswa dapat
melakukan pelatihan. Hal ini dilakukan agar siswa lebih menyerap informasi atau
hasil belajar yang diharapkan. Lagi-lagi, cara-cara dan strategi yang dilakukan
harus memperhatikan modalitas VAK siswa.
d. Mempresentasikan Hasil (penutup)
Kegiatan pembelajaran dengan model
visual auditorial kinestetik ini akhirnya ditutup dengan kegiatan siswa untuk
mempresentasikan hasil belajar yang telah mereka peroleh. Pada tahap ini guru
seyogyanya menyediakan kesempatan kepada mereka untuk mengevaluasi kinerja
mereka dalam belajar dan memberikan umpan balik.
No comments:
Post a Comment