Model Pembelajaran Visualization Auditory Kinestetic (VAK) - MATERI PENDIDIKAN

Blog berisikan tentang materi pendidikan baik secara umum maupun khusus

Breaking

ADS 1

.

Adsense

Wednesday 13 December 2017

Model Pembelajaran Visualization Auditory Kinestetic (VAK)

Model Pembelajaran Visualization Auditory Kinestetic (VAK)
1.   Pengertian Model Pembelajaran Visualization Auditory Kinestetic (Vak)
            Menurut Markova dkk (Huda, 2014:287) ” Ketiga modalitas ini digunakan untuk pembelajaran, pemerosesan dan komunikasi”. Adapun tiga modalitas gaya belajar dan komunikasi adalah sebagai berikut.
a.    Gaya visual (belajar dengan cara melihat)
Belajar harus menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Seorang siswa lebih suka melihat gambar atau diagram, suka pertunjukan, peragaan atau menyaksikan video. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata/penglihatan (visual). Dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak dititik beratkan pada media, ajak siswa ke objek-objek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara melihatkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis.
Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar visual misalnya lirikan mata ke atas bila berbicara dan berbicara dengan cepat. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Siswa cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Siswa berpikir menggunakan gambar-gambar di otak dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.

b.   Gaya auditori (belajar dengan cara mendengar)
Belajar haruslah mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, mengemukakan pendapat, gagasan, menanggapi dan agumentasi. Seorang siswa lebih suka mendengarkan kaset audio, ceramah, diskusi, debat dan instruksi (perintah) verbal. Alat rekam sangat membantu pembelajaran pelajar tipe auditori. Rose Colin dan Nicholl dalam (Suhara, 2013:287) merekomendasikan setelah membaca sesuatu yang baru, deskripsikan dan ucapkan apa yang sudah dibaca tadi sambil menutup mata dengan suara lantang. Alasannya setelah dibaca, divisualisasikan (ketika mengingat dengan mata tertutup) dan dideskripsikan dengan lantang, maka secara otomatis telah belajar dan menyimpannya dalam multi-sensori.
Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar auditori misalnya lirikan mata ke arah kiri/kanan, mendatar bila berbicara dan sedang-sedang saja. Untuk itu, guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori mencerna makna yang disampaikan melalui tone, suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori. Anak-anak seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

c.    Gaya Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Seorang siswa lebih suka menangani, bergerak, menyentuh dan merasakan/mengalami sendiri, gerakan tubuh (aktivitas fisik). Bagi siswa kinestetik belajar itu haruslah mengalami dan melakukan. Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar kinestetik misalnya lirikan mata ke bawah bila berbicara dan berbicara lebih lambat. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

Model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga gaya belajar tersebut, dengan kata lain manfaatkanlah potensi siswa yang telah dimilikinya dengan melatih dan mengembangkannya. Dalam beberapa hal, seseorang memanfaatkan ketiga gaya tersebut. Kebanyakan orang menunjukkan kelebih sukaan dan kecenderungan pada satu gaya belajar tertentu dibandingkan dua gaya lainnya. Rose Colin dan Nicholl dalam (Suhara, 2013:287) “menyatakan tentang suatu studi yang dilakukan terhadap lebih dari 5.000 siswa di Amerika Serikat, Hongkong, dan Jepang, kelas 5 hingga 12, menunjukkan kecenderungan belajar Visual 29 %, Auditori 34 %, Kinestetik 37 %”.

     “Namun pada saat mereka mencapai usia dewasa, kelebihsukaan pada gaya belajar visual ternyata lebih mendominasi” Rose Colin dan Nicholl dalam (Suhara, 2013:288). Menurut Michael Grinder, penulis buku Righting the Educational Canveyor Belt (Suhara, 2013: 288) sekelompok yang terdiri 30 siswa, ternyata 20 orang mempunyai cukup kecenderungan Visual, Auditori, dan Kinestetik sehingga mereka mampu belajar tidak peduli bagaimana subjek itu disampaikan, yang lainnya sekitar 20% dari kelompok itu begitu menyukai satu gaya belajar saja sehingga mereka mempunyai kesulitan besar untuk belajar sesuatu jika disampaikan tidak dengan gaya yang mereka sukai. Rose Colin dan Nicholl dalam (Suhara, 2013:288) “menyebutkan mereka sebagai HV (Hanya Visual), HS (Hanya Auditori), HK (Hanya Kinestetik)”. Kombinasi dari ketiga gaya belajar tersebut di dalam proses pembelajaran TIK contohnya.
a.   Melihat media yang telah ditayangkan oleh guru baik media presentasi maupun video        (sudah melihatnya).
b. Menyusun pertanyaan dan merekam jawaban dari teman yang melakukan presentasi            (sudah mendengarnya).
c. Menempelkan atau menunjukan sebuah gambar yang telah disiapkan oleh guru sesuai        dengan nama dan fungsinya (sudah menanganinya secara fisik).

     Kegiatan pembelajarannya merupakan kombinasi dari ketiga kebiasaan belajar anak tersebut. Menurut Icha dalam (Suhara, 2013:286) “Model pembelajaran Visualization Auditory Kinestetic (VAK) adalah strategi pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan alat indra yang dimiliki siswa”. Menurut Nurhasanah dalam (Suhara, 2013:286) “pembelajaran dengan model pembelajaran Visualization Auditory Kinestetic (VAK) adalah suatu pembelajaran yang memanfaatkan gaya belajar setiap individu dengan tujuan agar semua kebiasaan belajar siswa akan terpenuhi”. Jadi dapat disimpulkan Model pembelajaran Visualization Auditory Kinestetic (VAK) adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan ketiga gaya belajar (melihat, mendengar, dan bergerak) setiap individu dengan cara memanfaatkan potensi yang telah dimiliki dengan melatih dan mengembangkannya, agar semua kebiasaan belajar siswa terpenuhi.

2.   Kelebihan Model Pembelajaran VAK
Menurut Shoimin (2014:228) Kelebihan model pembelajaran Visualization Auditory Kinestetic (VAK) adalah sebagai berikut.
a.    Pembelajaran akan lebih efektif, karena mengkombinasikan ketiga gaya belajar. Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah dimiliki oleh pribadi masing-masing.
b.   Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
c.    Mampu  melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan dan memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik seperti demonstrasi, percobaan, observasi, dan diskusi aktif.
d.   Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran siswa.
e.    Siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar karena model ini mampu melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.

3.   Kelemahan Model Pembelajaran VAK
Menurut Shoimin (2014:228) kelemahan model pembelajaran Visualization Auditory Kinestetic (VAK) adalah tidak banyak orang mampu mengombinasikan ketiga gaya belajar tersebut. Dengan demikian, orang yang hanya mampu menggunakan satu gaya belajar hanya akan mampu menangkap materi jika menggunakan metode yang lebih memfokuskan kepada salah satu gaya belajar yang didominasi.

4.   Cara mengatasi kelemahan model pembelajaran VAK
Berdasarkan kelemahan yang telah di jelaskan sebelumnya, hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan tersebut adalah terletak pada guru. pertama guru harus benar-benar mempersiapkan dan memahami konsep penerapan model pembelajaran VAK ini baik dari langkah-langkah pembelajaran, tahapan belajar, cara penerapan dan sebagainya. Kedua guru harus berfokus pada siswa pada saat pembelajaran baik dalam hal penyampaian materi dan tahapan Visualization Auditory Kinestetic, agar penerapan model pada saat pembelajaran sesuai dengan apa yang ingin di capai.

5.   Sintak Model Pembelajaran Visualization Auditory Kinestetic (VAK)
Langkah – langkah pembelajaran model Visual Auditory Kinestethic menurut Shoimin (2014:227) adalah sebagai berikut:
a.    Persiapan (kegiatan awal)
Langkah ini dilakukan pada saat tahap pendahuluan atau kegiatan awal  dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam langkah ini guru mempersiapkan sebuah instrumen pembelajaran baik itu, silabus, RPP, kisi-kisi soal, tes hasil belajar, skor penilaian, materi yang akan disampaikan, memunculkan rasa ingin tahu siswa, perasaan positif untuk mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan. Hal-hal tersebut dilakukan untuk menyiapkan siswa agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran secara maksimal.
b.   Penyampaian (kegiatan inti)
Setelah melakukan persiapan di kegiatan awal, guru selanjutnya membantu siswa untuk mengikuti pembelajaran, menemukan informasi-informasi dan mempelajari keterampilan-keterampilan baru dengan gaya dan cara belajar yang sesuai dengan modalitas yang mereka miliki masing-masing. Dalam hal ini harus memberikan pembelajaran dengan cara yang bervariasi agar semua gaya belajar, baik visual, auditorial, maupun kinestetik dapat terpenuhi kebutuhannya.
c.    Pelatihan
Setelah mengikuti kegiatan penyampaian melalui berbagai strategi yang mengakomodasi berbagai modalitas belajar tadi, guru kemudian memberikan fasilitasi sehingga siswa dapat melakukan pelatihan. Hal ini dilakukan agar siswa lebih menyerap informasi atau hasil belajar yang diharapkan. Lagi-lagi, cara-cara dan strategi yang dilakukan harus memperhatikan modalitas VAK siswa.
d.   Mempresentasikan Hasil (penutup)
Kegiatan pembelajaran dengan model visual auditorial kinestetik ini akhirnya ditutup dengan kegiatan siswa untuk mempresentasikan hasil belajar yang telah mereka peroleh. Pada tahap ini guru seyogyanya menyediakan kesempatan kepada mereka untuk mengevaluasi kinerja mereka dalam belajar dan memberikan umpan balik. 

No comments:

Post a Comment

Pages